- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Para dokter Muslim menuliskan banyak risalah yang menekankan pentingnya pencegahan penyakit.
Pengembangan ilmu kesehatan di dunia Islam terus melaju. Semua memiliki pijakan kuat yang bermula dari teladan Muhammad SAW. Seiring masa, cendekiawan Muslim tak melulu menekankan pada pengobatan. Namun, mereka bahkan lebih menggali upaya pencegahan munculnya penyakit.
Dalam buku Atlas Budaya Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang, Ismail al-Faruqi dan Lois Lamya al-Faruqi menjelaskan bahwa dokter Muslim mencurahkan sebagian besar bakat medisnya untuk pengobatan preventif. “Mereka berkeyakinan, menjaga kesehatan lebih penting daripada menyembuhkan.”
Selain itu, dalam buku berjudul al Shina’ah al Thibbiyyah setebal 31 bab, Ali bin Abbas membahas pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Keduanya dipandang sebagai kebutuhan akan keseimbangan dan harmoni antara enam pasang hal-hal yang berlawanan, seperti ekskresi dan retensi, gerakan psikis dan istirahat, gerakan raga dan istirahat, tidur dan bangun, kelebihan dan kekurangan makan dan minum, serta kelebihan dan kekurangan udara.
Pentingnya tindakan preventif diamini Ibnu Sina (980-1037), yang berjuluk Bapak Pengobatan Modern. Ilmuwan, dokter, dan filsuf legendaris asal Persia ini bahkan lebih menyukai tindakan preventif itu daripada kuratif. Dalam bukunya yang berpengaruh, al Qanun fi Thib, Ibnu Sina yang di dunia Barat dikenal dengan nama Avicena kemudian menguatkan aspek spiritual dan fisik secara simultan dalam langkah preventif itu.
Menurut dia, ada beberapa hal yang dapat memengaruhi kesehatan ataupun stamina fisik seseorang, yakni temperatur, makanan, minuman, limbah, udara, keseimbangan gerak, pikiran, tidur, serta pekerjaan. Penelitian Ibnu Sina juga membuktikan khasiat madu dan minyak zaitun bagi ketahanan tubuh.
Secara khusus, ia menyinggung diet dan makanan bergizi. Dia menjelaskan pentingnya diet dengan mengonsumsi makanan bergizi. Seseorang dianjurkan banyak memakan sayuran, buah, kacang-kacangan, susu, ikan, dan sebagainya agar terjaga kesehatan tubuhnya dari aneka bibit penyakit.
Perilaku diet turut dinilai penting menurut ahli medis terkemuka dari Suriah, Ibnu al-Nafis (1210-1296). Penulis ensiklopedia kedokteran al-Kitab al-Shamil fi al-Thibb ini lebih menekankan diet ketimbang memberikan resep obat-obatan. Ia melontarkan prinsipnya, mencegah penyakit dapat dilakukan dengan pengaturan makanan.
Demikian pula Abul Walid Muhammad ibnu Rusyd (wafat 1198) yang menempatkan metode menjaga kesehatan sebagai salah satu objek penelitiannya. Ibnu Rusyd adalah dokter, filosof, dan hakim kenamaan. Dia pula orang pertama yang menemukan dan menerapkan peranan latihan fisik dalam menjaga kesehatan.
Uraian mengenai pemeliharaan kesehatan termaktub pula dalam kitab Taqwim as Sihha (Menjaga Kesehatan) karya Ibnu Butlan, ilmuwan asal Irak. Dia mengemukakan enam hal yang dapat memengaruhi kesehatan.
Pertama, kebersihan udara. Menurut dia, udara bersih bermanfaat memelihara fungsi paru-paru. Kedua, memperhatikan kualitas gizi makanan dan minuman. Ketiga, berolahraga atau gerak badan. Keempat, cukup tidur dan beristirahat. Kelima, menenangkan pikiran dengan memperbanyak humor. Terakhir, tidak mudah marah, kecewa, atau sedih yang berlarut-larut.
Kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Tacuinum Sanitatis. Lewat tulisan The Arabs and Mediaeval Europe, N Daniel menyatakan, Ibnu al-Wafid menambahkan aspek spiritual sebagai bagian penting memelihara kesehatan. Misalnya, shalat.
Melalui shalat dan gerakan-gerakannya, seorang Muslim memperoleh dua keutamaan aspek medis sekaligus baik secara fisik maupun psikis. Beberapa pemikir sufi pada masa itu punya pandangan spiritual senada. Sufisme, dalam berbagai bentuk, memberikan masukan atas kesehatan diri, selain melindungi lingkungan.
Salah satu pemikiran Ibnu al-Wafid, seperti dikutip dari buku Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern, adalah praktik zuhud atau menahan hawa nafsu dunia serta menjauh dari kekayaan dan hidup sesederhana mungkin. Para sufi berkeyakinan, zuhud sebagai jalan mencapai kesehatan jiwa dan raga.
Kitab al-Adwiya al-Mufada atau Powers of Medicine and Food karya lain Ibnu al-Wafid menguraikan pengobatan serta makanan. Ia menjelaskan bahwa fungsi pengobatan adalah mengembalikan kesehatan tubuh. Ini mencakup dua hal. Pertama, memahami keseluruhan bagian-bagian tubuh dan fungsinya.
Kedua, pengetahuan tentang obat-obatan dan makanan. Ilmuwan asal Toledo ini percaya, apabila kedua aspek itu dapat terpenuhi, masing-masing orang akan sanggup menjaga kesehatan diri dan lingkungannya sehingga memperkuat langkah preventif. Langkah preventif menjadi gerakan pada masa sekarang ini.
Kitab Air
Seakan tak ada habisnya, literatur medis lain pun lahir. Kitab al-Ma’a atau Kitab Air menambah banyak rujukan tertulis mengenai medis. Ini merupakan ensiklopedia kedokteran yang disusun oleh Abu Mohammed Abdullah ibnu Mohammed al-Azdi yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu al-Thahabi. Ia lahir di Kota Suhar, Oman. Ia pindah ke Basra, kemudian Persia untuk belajar di bawah bimbingan al-Biruni dan Ibnu Sina. Pada masa selanjutnya, ia memutuskan berpindah lagi ke Bait al-Maqdis, Yerusalem. Akhinya, ia memilih menetap di Valancia, Spanyol, hingga mengembuskan napas terakhir.
Tebal buku ini mencapai 900 halaman. Di setiap jenis alfabet, ia menjelaskan nama penyakit, obat, serta proses psikologis atau perawatan. Al Thahabi tak hanya mendaftar penyakit, tetapi ia pun menambahkan ide-ide segar lainnya dengan menjelaskan fungsi-fungsi organ tubuh manusia.
Inti dari pemikirannya tentang pengobatan adalah penyembuhan berawal dari makanan yang terkontrol dan olahraga. ed: ferry kisihandi
Pengaruh Kualitas Lingkungan
Yusuf Assidiq
Kaitan antara kebersihan lingkungan dan upaya pemeliharaan kesehatan sudah menjadi perhatian utama para ilmuwan serta dokter Muslim abad pertengahan. Aspek lingkungan tidak bisa dilepaskan dari bidang kesehatan masyarakat. Sejumlah karya dan literatur medis dari peradaban Islam banyak menyinggung kedua aspek ini.
Para ilmuwan dan dokter Muslim menandai problem ini dari karya-karya Yunani kuno, terutama tulisan Galen dan Hipokrates, yang diterjemahkan pada abad ke-9. Lingkungan yang tidak bersih sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Yakni, mudahnya timbul bibit penyakit yang menjangkiti manusia.
Salim T al Hasan menjelaskan lewat tulisannya, Environment Tradition in Muslim Heritage, bahwa dokter Muslim menyadari menjaga kesehatan lebih utama daripada mengobati penyakit. Tapi, kesehatan lingkungan turut menentukan. Mereka menginginkan tumbuh kesadaran di masyarakat sehingga tercipta kualitas kehidupan yang lebih baik.
Beberapa bahasan diulas, antara lain, polusi udara, kebersihan lingkungan di kota-kota besar di dunia Islam, pencegahan polusi udara dan air, pemeriksaan kesehatan, dan dampak cuaca bagi kesehatan. Salah satu tokoh penting yang berbicara tentang lingkungan dan kesehatan adalah al-Kindi.
Ilmuwan dan filsuf asal Kufah ini telah menuliskan sejumlah literatur medis menyangkut polusi air dan udara. Dia juga mengungkap berbagai cara penyembuhan penyakit akibat polusi. Persoalan lain yang diulas, yakni metode menjaga kesehatan bagi para pengembara dan jamaah haji.
Al-Razi juga memberi penekanan khusus terhadap kualitas lingkungan hidup. Ia percaya menjaga kesehatan akan sulit diwujudkan bila tidak ditunjang kondisi lingkungan yang bersih dan terawat. Pemikirannya itu tertera dalam kitab Risala fi 'Imiyah. Kontribusi lainnya berasal dari Ibnu al-Jazar, ilmuwan asal Suriah.
Ia mengaitkan dua disiplin ilmu sekaligus, yakni medis dan geografi. Al-Jazar meneliti kebersihan lingkungan di sejumlah kota utama. Menjaga kualitas lingkungan, menurutnya, adalah bagian dari tindakan preventif. Sementara Kairo, Mesir, menjadi sasaran studi dan survei kesehatan yang dilakukan Ali ibnu Ridwan.
Penelitian diarahkan pada sumber pencemar air bersih, temperatur udara, sebab-sebab epidemi, upaya peningkatan kualitas lingkungan, makanan dan minuman, serta banyak lagi. Langkah serupa dikerjakan oleh ibn Jumay di Kota Alexandria. Hasil telaahannya diurai pada buku berjudul Tab'al Iskandariya.
Karyanya itu merupakan pedoman kesehatan bagi penduduk kota tersebut selama bertahun-tahun. Sebuah karya dari Abu Faraj Ya'qub ibnu al-Quff, yakni Jami al Gharadh fi hidz al Sihha wa daf'al Maradh, dipandang para ilmuwan Barat sebagai literatur bidang kesehatan lingkungan dan masyarakat yang paling komprehensif.
Di dalamnya, berisi tema-tema terkait polusi lingkungan, epidemi penyakit, diet, serta memelihara kesehatan. ed: ferry kisihandi
Sumber: Republika (Yusuf Assidiq)
Pengembangan ilmu kesehatan di dunia Islam terus melaju. Semua memiliki pijakan kuat yang bermula dari teladan Muhammad SAW. Seiring masa, cendekiawan Muslim tak melulu menekankan pada pengobatan. Namun, mereka bahkan lebih menggali upaya pencegahan munculnya penyakit.
Dalam buku Atlas Budaya Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang, Ismail al-Faruqi dan Lois Lamya al-Faruqi menjelaskan bahwa dokter Muslim mencurahkan sebagian besar bakat medisnya untuk pengobatan preventif. “Mereka berkeyakinan, menjaga kesehatan lebih penting daripada menyembuhkan.”
Selain itu, dalam buku berjudul al Shina’ah al Thibbiyyah setebal 31 bab, Ali bin Abbas membahas pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Keduanya dipandang sebagai kebutuhan akan keseimbangan dan harmoni antara enam pasang hal-hal yang berlawanan, seperti ekskresi dan retensi, gerakan psikis dan istirahat, gerakan raga dan istirahat, tidur dan bangun, kelebihan dan kekurangan makan dan minum, serta kelebihan dan kekurangan udara.
Pentingnya tindakan preventif diamini Ibnu Sina (980-1037), yang berjuluk Bapak Pengobatan Modern. Ilmuwan, dokter, dan filsuf legendaris asal Persia ini bahkan lebih menyukai tindakan preventif itu daripada kuratif. Dalam bukunya yang berpengaruh, al Qanun fi Thib, Ibnu Sina yang di dunia Barat dikenal dengan nama Avicena kemudian menguatkan aspek spiritual dan fisik secara simultan dalam langkah preventif itu.
Menurut dia, ada beberapa hal yang dapat memengaruhi kesehatan ataupun stamina fisik seseorang, yakni temperatur, makanan, minuman, limbah, udara, keseimbangan gerak, pikiran, tidur, serta pekerjaan. Penelitian Ibnu Sina juga membuktikan khasiat madu dan minyak zaitun bagi ketahanan tubuh.
Secara khusus, ia menyinggung diet dan makanan bergizi. Dia menjelaskan pentingnya diet dengan mengonsumsi makanan bergizi. Seseorang dianjurkan banyak memakan sayuran, buah, kacang-kacangan, susu, ikan, dan sebagainya agar terjaga kesehatan tubuhnya dari aneka bibit penyakit.
Perilaku diet turut dinilai penting menurut ahli medis terkemuka dari Suriah, Ibnu al-Nafis (1210-1296). Penulis ensiklopedia kedokteran al-Kitab al-Shamil fi al-Thibb ini lebih menekankan diet ketimbang memberikan resep obat-obatan. Ia melontarkan prinsipnya, mencegah penyakit dapat dilakukan dengan pengaturan makanan.
Demikian pula Abul Walid Muhammad ibnu Rusyd (wafat 1198) yang menempatkan metode menjaga kesehatan sebagai salah satu objek penelitiannya. Ibnu Rusyd adalah dokter, filosof, dan hakim kenamaan. Dia pula orang pertama yang menemukan dan menerapkan peranan latihan fisik dalam menjaga kesehatan.
Uraian mengenai pemeliharaan kesehatan termaktub pula dalam kitab Taqwim as Sihha (Menjaga Kesehatan) karya Ibnu Butlan, ilmuwan asal Irak. Dia mengemukakan enam hal yang dapat memengaruhi kesehatan.
Pertama, kebersihan udara. Menurut dia, udara bersih bermanfaat memelihara fungsi paru-paru. Kedua, memperhatikan kualitas gizi makanan dan minuman. Ketiga, berolahraga atau gerak badan. Keempat, cukup tidur dan beristirahat. Kelima, menenangkan pikiran dengan memperbanyak humor. Terakhir, tidak mudah marah, kecewa, atau sedih yang berlarut-larut.
Kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Tacuinum Sanitatis. Lewat tulisan The Arabs and Mediaeval Europe, N Daniel menyatakan, Ibnu al-Wafid menambahkan aspek spiritual sebagai bagian penting memelihara kesehatan. Misalnya, shalat.
Melalui shalat dan gerakan-gerakannya, seorang Muslim memperoleh dua keutamaan aspek medis sekaligus baik secara fisik maupun psikis. Beberapa pemikir sufi pada masa itu punya pandangan spiritual senada. Sufisme, dalam berbagai bentuk, memberikan masukan atas kesehatan diri, selain melindungi lingkungan.
Salah satu pemikiran Ibnu al-Wafid, seperti dikutip dari buku Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern, adalah praktik zuhud atau menahan hawa nafsu dunia serta menjauh dari kekayaan dan hidup sesederhana mungkin. Para sufi berkeyakinan, zuhud sebagai jalan mencapai kesehatan jiwa dan raga.
Kitab al-Adwiya al-Mufada atau Powers of Medicine and Food karya lain Ibnu al-Wafid menguraikan pengobatan serta makanan. Ia menjelaskan bahwa fungsi pengobatan adalah mengembalikan kesehatan tubuh. Ini mencakup dua hal. Pertama, memahami keseluruhan bagian-bagian tubuh dan fungsinya.
Kedua, pengetahuan tentang obat-obatan dan makanan. Ilmuwan asal Toledo ini percaya, apabila kedua aspek itu dapat terpenuhi, masing-masing orang akan sanggup menjaga kesehatan diri dan lingkungannya sehingga memperkuat langkah preventif. Langkah preventif menjadi gerakan pada masa sekarang ini.
Kitab Air
Seakan tak ada habisnya, literatur medis lain pun lahir. Kitab al-Ma’a atau Kitab Air menambah banyak rujukan tertulis mengenai medis. Ini merupakan ensiklopedia kedokteran yang disusun oleh Abu Mohammed Abdullah ibnu Mohammed al-Azdi yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu al-Thahabi. Ia lahir di Kota Suhar, Oman. Ia pindah ke Basra, kemudian Persia untuk belajar di bawah bimbingan al-Biruni dan Ibnu Sina. Pada masa selanjutnya, ia memutuskan berpindah lagi ke Bait al-Maqdis, Yerusalem. Akhinya, ia memilih menetap di Valancia, Spanyol, hingga mengembuskan napas terakhir.
Tebal buku ini mencapai 900 halaman. Di setiap jenis alfabet, ia menjelaskan nama penyakit, obat, serta proses psikologis atau perawatan. Al Thahabi tak hanya mendaftar penyakit, tetapi ia pun menambahkan ide-ide segar lainnya dengan menjelaskan fungsi-fungsi organ tubuh manusia.
Inti dari pemikirannya tentang pengobatan adalah penyembuhan berawal dari makanan yang terkontrol dan olahraga. ed: ferry kisihandi
Pengaruh Kualitas Lingkungan
Yusuf Assidiq
Kaitan antara kebersihan lingkungan dan upaya pemeliharaan kesehatan sudah menjadi perhatian utama para ilmuwan serta dokter Muslim abad pertengahan. Aspek lingkungan tidak bisa dilepaskan dari bidang kesehatan masyarakat. Sejumlah karya dan literatur medis dari peradaban Islam banyak menyinggung kedua aspek ini.
Para ilmuwan dan dokter Muslim menandai problem ini dari karya-karya Yunani kuno, terutama tulisan Galen dan Hipokrates, yang diterjemahkan pada abad ke-9. Lingkungan yang tidak bersih sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Yakni, mudahnya timbul bibit penyakit yang menjangkiti manusia.
Salim T al Hasan menjelaskan lewat tulisannya, Environment Tradition in Muslim Heritage, bahwa dokter Muslim menyadari menjaga kesehatan lebih utama daripada mengobati penyakit. Tapi, kesehatan lingkungan turut menentukan. Mereka menginginkan tumbuh kesadaran di masyarakat sehingga tercipta kualitas kehidupan yang lebih baik.
Beberapa bahasan diulas, antara lain, polusi udara, kebersihan lingkungan di kota-kota besar di dunia Islam, pencegahan polusi udara dan air, pemeriksaan kesehatan, dan dampak cuaca bagi kesehatan. Salah satu tokoh penting yang berbicara tentang lingkungan dan kesehatan adalah al-Kindi.
Ilmuwan dan filsuf asal Kufah ini telah menuliskan sejumlah literatur medis menyangkut polusi air dan udara. Dia juga mengungkap berbagai cara penyembuhan penyakit akibat polusi. Persoalan lain yang diulas, yakni metode menjaga kesehatan bagi para pengembara dan jamaah haji.
Al-Razi juga memberi penekanan khusus terhadap kualitas lingkungan hidup. Ia percaya menjaga kesehatan akan sulit diwujudkan bila tidak ditunjang kondisi lingkungan yang bersih dan terawat. Pemikirannya itu tertera dalam kitab Risala fi 'Imiyah. Kontribusi lainnya berasal dari Ibnu al-Jazar, ilmuwan asal Suriah.
Ia mengaitkan dua disiplin ilmu sekaligus, yakni medis dan geografi. Al-Jazar meneliti kebersihan lingkungan di sejumlah kota utama. Menjaga kualitas lingkungan, menurutnya, adalah bagian dari tindakan preventif. Sementara Kairo, Mesir, menjadi sasaran studi dan survei kesehatan yang dilakukan Ali ibnu Ridwan.
Penelitian diarahkan pada sumber pencemar air bersih, temperatur udara, sebab-sebab epidemi, upaya peningkatan kualitas lingkungan, makanan dan minuman, serta banyak lagi. Langkah serupa dikerjakan oleh ibn Jumay di Kota Alexandria. Hasil telaahannya diurai pada buku berjudul Tab'al Iskandariya.
Karyanya itu merupakan pedoman kesehatan bagi penduduk kota tersebut selama bertahun-tahun. Sebuah karya dari Abu Faraj Ya'qub ibnu al-Quff, yakni Jami al Gharadh fi hidz al Sihha wa daf'al Maradh, dipandang para ilmuwan Barat sebagai literatur bidang kesehatan lingkungan dan masyarakat yang paling komprehensif.
Di dalamnya, berisi tema-tema terkait polusi lingkungan, epidemi penyakit, diet, serta memelihara kesehatan. ed: ferry kisihandi
Sumber: Republika (Yusuf Assidiq)
Komentar
Posting Komentar
Trimakasih Anda telah menyimak tulisan ini, sebaiknya Andapun menyimak sumber tulisan melalui link yang tersedia dan jika berkenan silahkan memberikan tanggapan.