Tempat Wisata di Malang

Kontrol Hipertensi dengan Pola Makan

Menjaga pola makan serta menghindari konsumsi gara berlebih dapat menjauhkan anda dari hipertensi atau darah tinggi.
Gaya hidup masyarakat perkotaan yang serba-instan dapat memicu timbulnya penyakit. Salah satunya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi (darti). Sayangnya, banyak orang yang menganggap sepele penyakit ini. Padahal hipertensi yang diabaikan akan memicu munculnya berbagai penyakit lain. Selain itu merupakan penyakit pembunuh nomor tiga setelah penyakit jantung dan pembuluh darah serta penyakit kanker.

Di Amerika Serikat ,orang meninggal setiap dua menit karena tekanan darah tinggi dan komplikasinya. Pola makan yang salah sangat berpengaruh terhadap penyakit ini.
“Saat ini terjadi perubahan gaya hidup masyarakat, khususnya berkaitan dengan konsumsi makanan,” tutur Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia dr Dewi Joesoef.

Dewi menyebutkan, segala penyakit yang dialami seseorang terkait erat dengan pola hidupnya Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Santoso Karokaro, MPH, SpJP (K), juga berpendapat sama. Menurut dia, gaya hiduplah yang menjadi faktor utama penyebab hipertensi. Misalnya pada pola makan masyarakat yang tidak seimbang.
Data World Hypertension League Brochure 2009 menyebutkan bahwa hipertensi diderita lebih dari 1,5 miliar jiwa di seluruh dunia dan garam yang berlebihan adalah faktor utama dalam meningkatkan tekanan darah.

“Hipertensi dianggap hal yang biasa karena terkait gaya hidup modern. Kegemukan, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol adalah penyebab hipertensi yang banyak ditemukan dari tahun ke tahun,” papar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Secara global, menurut data Yayasan Jantung Indonesia, tujuh juta jiwa meninggal setiap tahunnya akibat tekanan darah tinggi. Angka kematian ini bisa dicegah dengan mengubah pola makan, misalnya mengurangi asupan sodium.

“Memang tidak mudah untuk melakukan perubahan gaya hidup, kecuali jika ada niat yang luar biasa. Oleh sebab itu, mengurangi asupan garam bisa dilakukan dengan perlahan,” tutur Santoso pada acara yang diselenggarakan Novartis Indonesia dan Yayasan Jantung Indonesia dalam rangka memperingati Hari Hipertensi Dunia di Hotel JW Marriott Jakarta, beberapa waktu lalu.

Darti terjadi jika ada peningkatan volume darah dan penyempitan pembuluh darah yang memaksa kerja jantung untuk memompa darah dan nutrisi. Garam menyebabkan tubuh menahan air dengan tingkat melebihi ambang batas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan volume darah dan tekanan darah tinggi. Apabila asupan garam bisa dikurangi hingga setengahnya, maka 2,5 juta jiwa di seluruh dunia akan terselamatkan dari serangan jantung dan stroke.

Meskipun sodium terkandung dalam garam, sebesar 80 persen kandungan sodium terdapat pada makanan yang diproses atau makanan kemasan. Santoso menyarankan untuk mewaspadai asupan garam yang berlebih.Hal itu disebabkan garam merupakan sumber sodium yang utama dan faktor utama penyebab meningkatnya tekanan darah atau hipertensi yang dapat berkembang menjadi penyakit-penyakit kardiovaskuler.

“Mengurangi konsumsi garam menjadi enam gram per hari dapat menurunkan risiko stroke hingga 24 persen,” imbuh Santoso.
Di banyak negara, asupan garam per hari adalah sekitar 12 gram. Asupan tersebut adalah lebih dari dua kali jumlah yang dianggap perlu oleh World Health Organisation (WHO). Di Indonesia, menurut data Indonesian Society of Hypertension,asupan garam harian mencapai 15 gram yang berarti juga melebihi dua kali lipat yang direkomendasikan WHO yaitu 5 sampai 6 gram per hari. Ada tiga tahap diet rendah garam yakni terdiri atas diet ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram per hari), dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari).

“Mengurangi konsumsi garam bukan berarti menimbang garam yang ada dalam makanan, tetapi bisa dikontrol dengan mengurangi asupan makanannya. Misalnya banyak mengonsumsi ikan asin, maka sebaiknya dikurangi,” ucap dokter yang mengambil kedokteran umum di Universitas Sumatera Utara. Mengurangi asupan garam secara nasional merupakan cara paling cepat dan murah untuk mencegah penyakit kardiovaskuler.

Dalam hal ini peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk menurunkan angka kematian akibat kardiovaskuler. Data World Action on Salt menyebutkan, hubungan antara garam dan tekanan darah tinggi mungkin hampir sama dengan hubungan antara merokok dan kanker

Sumber: Kamus Ilmiah

Komentar